Senin, 27 Oktober 2014

Wushu (source: http://id.wikipedia.org/wiki/Wushu)

Wushu (武術 atau 武术; (Tionghoa)) secara harafiah berarti "seni bertempur/bela diri". Ini merupakan istilah yang lebih benar dibanding dengan istilah yang lebih terkenal tapi salah penggunaannya kung fu, yang berarti "ahli" dalam bidang tertentu, tidak hanya terbatas dalam bela diri. Kata Wushu berasal dari dua kata yaitu “Wu” dan “Shu”. Arti dari kata “Wu” adalah ilmu perang, sedangkan arti kata “Shu” adalah seni. Sehingga Wushu bisa juga diartikan sebagai seni untuk berperang atau seni beladiri (Martial Art). Di dalam wushu, kita juga mempelajari seni, olahraga, kesehatan, beladiri dan mental.
Mempelajari Wushu tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berhubungan dengan gerakan fisik dan kekerasan saja, tetapi juga melibatkan pikiran. Mempelajari Wushu berarti kita juga belajar mengolah pernafasan, memahami anatomi tubuh kita, dan juga mempelajari ramuan atau obat-obatan untuk memperkuat tubuh maupun untuk pengobatan. bahasa Tionghoa kung fu Semua kategori Seni bela diri China tradisional, keras dan lembut dapat disebut Wushu. Wushu keras termasuk tinju selatan Nanquan dan tinju panjang Changquan. Wushu lembut termasuk tinju Taiji, Telapak Baguazhang, dan tinju xingyiquan. Adapun seni beladiri Wushu yang telah dikembangkan oleh etnis China yang menetap di wilayah Asia Tenggara (terutama Indonesia) seringkali disebut dengan istilah Kuntao.

5 Elemen Wushu

  1. Air: melambangkan kehidupan dan kelembutan, karena air memberi makan tumbuhan dan bentuk air sendiri yang selalu sesuai dengan wadahnya.
  2. Kayu: melambangkan tulang dan otot, sebagai energi dari kehidupan yang jika terkena api akan mengakibatkan terbentuknya panas sebagai tenaga (otot).
  3. Api: melambangkan kekuatan dan ketangkasan, memberi nutrisi dari hasil pembakaran yang membuat pembaharuan dalam kemajuan.
  4. Bumi: melambangkan pertahanan, memberikan tempat bagi berbagai unsur untuk berkembang.
  5. Logam: melambangkan penggunaan senjata, mengkombinasikan berbagai unsur yang bermanfaat untuk menguasai berbagai senjata yang sangat penting bagi wushu.
Hubungan berbagai unsur dalam wushu adalah air mendinginkan api, api menempah logam, logam memotong kayu, kayu tumbuh dari bumi, bumi mengontrol air. Jadi, semua unsur ini saling berhubungan satu sama lain.

Wushu di Indonesia

Di Indonesia, Wushu kini juga mendapat perhatian yang istimewa dari masyarakat, wushu yang dulu hanya dimainkan oleh orang-orang tua, dan itupun hanya golongan tertentu kini telah memasyarakat. Tidak ada data resmi yang mencatat sejak kapan wushu mulai masuk ke Indonesia, tetapi sejak puluhan tahun silam telah di mainkan oleh banyak orang dari berbagai kota besar maupun kecil di Indonesia seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Semarang dan masih banyak lagi daerah lain, tetapi wushu yang berstandar Internasional baru di kenal dan di populerkan di Indonesia pada akhir Oktober 1992 yang di prakarsai oleh tokoh olahraga IGK Manila yang kemudian menjadi Ketua Umum PBWI yang pertama. Manila berhasil membawa wushu Indonesia ke forum Internasional.
Banyak cerita menarik yang mengawali berdirinya wushu berstandar internasional di Indonesia. Sebagai pendobrak tentu saja Manila harus menghadapi berbagai tantangan di tengah ketidak mengertian tentang seluk beluk olahraga ini. Kisah berdirinya wushu Indonesia di mulai ketika kontingen Malaysia, Filipina, dan Singapura begitu seenaknya menyabet medali emas di arena SEA Games 1991 Singapura, Melihat kenyatan itu , Ketua umum KONI Pusat ketika itu, Surono merasa iri dan melihat bahwa cabang wushu memiliki prospek yang sangat cerah di Indonesia. Mengapa Indonesia tidak mampu berbuat seperti Negara-negara tesebut? Sebab di Indonesia ketika itu tidak ada badan resmi anggota KONI yang menangani atau mengurusi masalah Wushu, Bahkan Indonesia belum mengenal Wushu ketika itu.
Begitu SEA Games usai, sesuai dengan wewenangnya maka Ketua Umum KONI Pusat Surono meminta agar didirikan wushu yang benar di Indonesia, yakni wushu yang memenuhi standart Internasional dan IGK Manila di tugaskan untuk itu. Secara perlahan tetapi pasti duet Manila dan Mediteransjah mengulurkan tangan ke daerah-daerah , mengajak semua pecinta wushu di Indonesia agar bahu membahu membentuk organsasi wushu yang benar dengan mengikuti ketentuan International. Ibarat pepatah pucuk di cinta ulam pun tiba, ajakan itu mendapat sambutan hangat dari berbagai daerah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan terutama Sumatera Utara, dengan tangan terbuka menerima ajakan itu,. Maka terbentuklah apa yang dinamakan Pengurus Besar Wushu Indonesia (PBWI) dan tanggal 10 November 1992 di tetapkan sebagai hari lahirnya PBWI tersebut.
Manila bertindak selaku Ketua Umum dan Mediteransjah selaku Sekretaris Jendral dan mencatat aneka peristiwa baik yang manis maupun yang pahit, kenangan manis diantaranya adalah keberhasilan atlet wushu asal Medan, Jainab yang meraih juara kedua alias peraih medali perak di kejuaraan dunia 1995 di Baltimore, Amerika Serikat. Tentu saja itu merupakan prestasi yang luar biasa, karena ketika itu wushu berstandar International baru berkiprah 3 tahun di bumi Indonesia. Sejak saat itu perbendaharaan prestasi olahraga di Indonesia forum dunia bertambah menyusul cabang olahraga lainnya yang berumur jauh lebih tua seperti bulu tangkis, panahan, bridge dan lain-lain Pantaslah kalau ada orang yang bertanya-tanya ketika itu, apakah benar Jainab memang hebat.
Keberhasilan Jainab merebut medali perunggu dia Asian Games Bangkok 1998 juga membuktikan bahwa potensi atlet asal Medan itu memang luar biasa, Mengapa hanya perunggu? Itu cukup membanggakan. Sebab juara dunia wushu hampir seluruhnya berasal dari negeri China dan tentu saja mereka juga berusaha membabat semua medali emas Asian Games. Tak pelak lagi bahwa sukses atau keberhasilan pembinaan. Orang yang punya peran paling besar di balik semua itu adalah Supandi Kusuma. Ketua Umum Pengurus Daerah Wushu Sumatera Utara yang sehari-hari melatih jainab dengan tangannya sendiri.
Menjelang SEA Games XXI/2001, Pengda Daerah Wushu Sumatera Utara di beri kepercayaan menjadi pelaksana pusat latihan (training centre) dan tentu saja Master Supandi Kusuma yang juga Ketua Pengurus Daerah menjadi kordinator pelatih sekaligus penanggung jawab latihan. Sejarah mencatat aneka peristiwa perjalanan panjang wushu berstandar Internasional di Indonesia. Wushu di Indonesia tetap tegar, berdiri tegak seiring dengan tekad semua pihak yang terkait dan tentu saja orang-orang yang tetap setia menangani olahraga ini.

source: http://id.wikipedia.org/wiki/Wushu

Wushu vs Kung fu

Pertanyaan ini sering muncul dan sering sekali kita dengar, bahkan orang selalu mengaitkan Wushu adalah Kungfu. Sampai saat tampaknya masih ada kerancuan tentang istilah Wushu dan Kungfu. Wushu dan Kungfu adalah berbeda. Terus, apa itu Wushu? apa itu Kungfu? Untuk mengetahuinya kita harus mengetahui arti sebenarnya dari Wushu dan Kungfu itu sendiri.
 
        Wushu bukanlah Kungfu dan Kungfu bukanlah Wushu. Wushu adalah sebutan secara umum atau universal bagi semua jenis beladiri China, sedangkan Kungfu atau Konfu adalah hasil yang kita dapat dari latihan yang benar secara kontinue, keras, disiplin, dan dalam waktu yang panjang. Kungfu adalah salah satu istilah yang dipakai di dalam Wushu dan tujuan dari kita berlatih Wushu adalah untuk mencapai Kungfu yang tinggi. Karena itu di dalam istilah yang kita dengar sering terjadi orang berkata, “Mari kita mengadu Kungfu kita” artinya adalah mengadu keahlihan atau skill yang mereka dapatkan dari latihan, siapa yang lebih baik dan disiplin latihannya, siapa yang lebih benar latihannya dan siapa yang lebih keras latihannya Dalam pepatah Cina Kungfu atau konfu diibaratkan “Seperti mengasah sebatang tongkat besi menjadi sebuah jarum”. Untuk mencapai Kungfu yang baik haruslah melalui latihan yang keras, benar, sabar, jangka waktu yang panjang, disiplin, pantang menyerah, dsb.
        Sebagai contoh saja, seorang koki yang telah berpengalaman memasak bertahun-tahun dan masakan yang dia masak diakui semua orang  sebagai masakan yang lezat dan enak, maka dia memasak dengan menggunakan kungfu, yaitu keahlihan memasak yang telah dia pelajari secara terus menerus, dengan kerja keras, disiplin, waktu yang lama, kesabaran yang tinggi, sehingga koki tersebut dapat menghasilkan masakan yang lezat. Hal ini dapat berlaku juga dalam banyak hal, seorang ahli pembuat keris misalnya, dia akan membuat keris menggunakan kungfu yang dia dapatkan dari latihan dia. Sama halnya dengan Wushu, seorang pendekar Wushu harup melalui tahap-tahap latihan yang keras, jangka waktu yang lama, disiplin yang tinggi, kesabaran, kerja keras sehingga dia bisa mendapatkan Kungfu yang tinggi.
        Istilah Kungfu pertama kali populer karena dibawa oleh pedagang dan misionaris dari barat (eropa) yang pernah menetap di China, mereka kembali ke negara mereka dan menyebarkan istilah Kungfu. Kemudian istilah Kunfu lebih terkenal lagi setelah Bruce Lee (Lee Siao Lung) memperkenalkannya melalui film-filmnya. Kemudian sekarang kita banyak mendengar nama seperti Samo Hung, Jackie Chan, Jet Lee, dsb. Mereka adalah orang-orang yang telah memperkenalkan Wushu ke dunia internasional.  Jet Lee sendiri tercatat sebagai juara wushu nasional china.
        Saat ini telah disepakati bahwa penyebutan “Wushu” bukanlah Martial art, Kungfu, Kuntao, dan lain sebagainya. “Wushu is Wushu, without translate” (Wushu adalah wushu tanpa terjemahan) dan kesepakatan ini telah disetujui delegasi-delegasi dari berbagai negara, baik dari Asia, Eropa, Amerika dan sebagainya, mereka juga telah sepakat untuk mengganti istilah Kungfu. Kuntao, martial art kedalam satu istilah, yaitu “Wushu”.